Sampingan

Kontingen Indonesia akhirnya pulang ke tanah arir hanya dengan membawa medali perak dan emas dari cabang angkat besi. Ini merupakan hasil terburuk karena dalam beberapa tahun sebelumnya Indonesia mampu meraih medali emas. Sedangkan di tahun ini, Indonesia hanya bertumpu pada cabor bulu tangkis untuk meraih emas.

Sebenarnya sejak awal kegagalan Indonesia pada Olimpieade tahun ini sudah bisa ditebak. Indonesia yang merupakan Negara yang merupakan salah satu Negara terbesar di dunia hanya mampu mengirimkan 21 atlet untuk tujuh cabang olahraga. Indonesia akhirnya gagal mempertahankan tradisi emas sejak Olimpiade Barcelona pda 1992 silam.

Bahkan kegagalan Indonesia semakin kompleks dengan skandal “main sabun” yang melibatkan pasangan Greysia Poli dan Meiliani Jauhari, ganda putrid andalan Indonesia ini akhrinya didiskualifikasi dari Olimpiade bersama pasangan Korea Selatan dan China setelah sengaja mengalah demi menghindari pasangan nomor satu China, Yu Yang dan Wang Xiaoli.

Kegagalan ini sekaligus menunjukkan kegagalan pembinaan Indonesia dalam satu periode terakhir. Hasilnya, degradasi prestasi Indonesia yang kian menukik tajam. Dalam berbagai cabang olahraga, Indonesai sebagai Negara besar semakin tidak mampu berbicara banyak. Bahkan dalam tingkat Negara-negara ASEAN, Indonesai pun masih harus mengakui Negara-negara tetangga seperti Thailand, Vietnam dan Malaysia.

Kontroversi manajemen penyelenggaraan liga, pengelolaan cabang olahraga dan pembinaan yang buruk menjadi kunci kegagalan Indonesai dari waktu ke waktu. Kasus dualisme PSSI menjadi satu contoh konkrit bobroknya pengelolaan manajemen cabang olahraga di negeri ini yang semakin menambah runyam dan menambah deretan panjang kekisruhan pembinaan olahraga Indonesia.

Diakui atau tidak, selama ini pembinaan olahraga dalam negeri hanya dipenuhi pengurus pengelolaan olahraga yang suka rebut dan kisruh memperebutkan kekuasaan, sehingga pada akhirnya para atlet terlantarkan dan kurang bisa konsentrasi untuk diurus.
Padahal untuk mendapatkan prestasi dan hasil yang baik, pembinaan dalam cabang-cabang olahraga harus dilakukan secara intensif, terencana dengan terstruktur secara baik, diurus secara komprehensif, dan terkonsentrasi penuh kepada para atlet, bukan justru kepada para pengurus cabang olahraganya.

Berbenah untuk Indonesia Emas

Olahraga Indonesia harus berbenah dan memperbaiki diri, perlu ada evaluasi secara besar-besaran dan menyeluruh untuk target Indonesia yang lebih baik. evaluasi tidak hanya dalam pembinaan, tapi sekaligus manajemen kepengurusan yang baik, kelengkapan infrastruktur, pengelolaan cabang olahraga yang rapi dan terstruktur.

Sedangkan secara personal, para atlet dan masyarakat Indonesia seluruhnya harus berani bermimpi, berlatih dan berjuang lebih keras untuk mengharumkan nama bangsa. Tidak dapat dipungkiri, selain faktor eksternal, faktor intern pun sangat memperngaruhi seperti kondisi psikologi atlet yang sering merasa berpuas diri dengan prestasi tingkat nasional yang diraih dan masih belum berani bermimpi menjadi yang terbaik di jagad raya ini.

Namun semangat dan tekad yang kuat kembali harus di dukung oleh tata kelola dan manajemen pembinaan atlet yang baik, sekaligus harus berani jemput bola untuk mencari bakat-bakat terbaik di Negara yang memiliki penduduk sekitar 200 juta jiwa ini. Pemerintah, melalui cabang olahraga harus member perhatian dan apresiasi lebih kepada para atlet agar semakin banyak yang termotivasi menjadi atlet bangsa masa depan.

Dengan kata lain, hasil buruk di Olimpiade 2012 di London ini harus benar-benar dievaluasi secar serius. Patut diingat bahwa bangsa ini adalah bangsa yang besar dengan kekayaan kuantitas sumber daya manusia yang melimpah, hanya tinggal bagaimana mengolah sumber daya yang melimpah ini untuk memiliki mimpi untuk maju dan keseimbangan kualitas yang baik.

Indonesia, sebagai bangsa yang besar, tak sepatutnya hanya mengandalkan cabang bulu tangkis untuk menorah prestasi internasional, tapi Indonesia harus berani bermimpi menyiapkan cabang olahraga lain untuk menjadi yang terbaik di kancah nasional sehingga memiliki peluang emas yang makin besar. Keberhasilan cabang olahraga angkat besi dalam meraih media perlu dijadikan acuan untuk menyiapkan cabor yang berpotensi mendatangkan emas, selain juga dari cabor panahan, dan bulu tangkis. Indonesia perlu evaluasi dan kerja jangka panjang dan harus berani bermimpi untuk program Indonesai Emas.

Berbenah Untuk Indonesia Emas

Tinggalkan komentar